Cirebon- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon melalui Job Fair 2024 di SMK Muhammadiyah Budi Tresna, Kecamatan Sumber, Kabupaten Selasa (13/8/2024) kemarin targetkan penerimaan tenaga kerja lokal sebesar 30-40 persen.
Diketahui, angka tersebut tergolong cukup besar mengingat sebelumnya hanya 5 persen.
Hal tersebut tentunya berbanding lurus dengan dibukanya 1.800 lowongan kerja (loker) yang disediakan khusus untuk lulusan SMA dalam Job Fair 2024.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cirebon, Hilmi Riva’i, menyatakan bahwa kebutuhan tenaga kerja di wilayahnya sangat tinggi, mencapai sekitar 17 ribu orang.
Hilmi mengajak masyarakat Kabupaten Cirebon untuk memanfaatkan kesempatan ini secara maksimal.
“Hari ini ada sekitar 1.800 lowongan kerja yang harus direbut oleh warga Kabupaten Cirebon,” ungkap Hilmi.
Dirinya mengaku optimis, karena dengan adanya kolaborasi yang kuat antara pemerintah daerah dan legislatif, iklim investasi di Kabupaten Cirebon akan semakin kondusif.
Hilmi menuturkan, Pemkab telah berkomunikasi dengan pihak legislatif untuk mempersiapkan lahan investasi yang lebih luas, guna menarik lebih banyak investor.
“Saat ini kami sedang mengupayakan revisi Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk menarik lebih banyak investor. Ini akan membuka peluang kerja baru bagi masyarakat Cirebon,” ujarnya.
Salah satu investasi yang segera beroperasi adalah pabrik Cinli, yang diproyeksikan akan menyerap hingga 5.000 tenaga kerja dalam satu atau dua bulan ke depan.
Hal ini tentu menjadi harapan besar bagi warga setempat untuk mendapatkan pekerjaan.
“Pemerintah Daerah harus memastikan bahwa peluang kerja ini diambil oleh masyarakat Cirebon,” tegas Hilmi.
Ia sendiri berharap investasi yang masuk ke Kabupaten Cirebon adalah industri padat karya seperti Cinli, Taekwang, dan Merlion, yang dapat menyerap puluhan ribu tenaga kerja.
Selain itu, ia menekankan pentingnya memperkuat program link and match antara institusi pendidikan, terutama SMK dan perguruan tinggi, dengan dunia industri.
“Jika lulusan SMK tidak sesuai dengan kebutuhan industri, seperti lulusan SMK administrasi yang tidak dapat mengisi posisi di sektor otomotif, maka ini akan menjadi masalah besar. Oleh karena itu, link and match harus diperkuat,” jelasnya.
Meski jumlah pengangguran di Kabupaten Cirebon saat ini mencapai sekitar 91 ribu orang, Hilmi mengingatkan bahwa tidak semua pekerjaan berada di sektor pabrik. Ia menggarisbawahi pentingnya membuka peluang di sektor digital dan informal yang belum terdata.
“Pemerintah daerah bekerja sama dengan Kadin dan Dinas Tenaga Kerja untuk mengadakan pelatihan vokasi sesuai kebutuhan industri, sehingga tenaga kerja kita memiliki daya saing yang tinggi,” tandasnya.***(Arum).