CIREBON – Sektor pertanian kembali menjadi sorotan setelah Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) Republik Indonesia, Budiman Sudjatmiko, memperkenalkan sebuah program inovatif di Kabupaten Cirebon.
Program yang diberi nama “Tanam Sekali, Panen Empat Kali” ini menawarkan pendekatan baru dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui sistem pertanian digital yang terintegrasi.
Peluncuran program berlangsung di Desa Pasalakan, Kecamatan Sumber, pada Sabtu (11/10/2025), dan menjadi langkah awal pembentukan Kooperasi Multi Pihak Taskin (KMP Taskin) — wadah kolaborasi antara petani, pengusaha penggilingan padi, pengelola gudang, hingga konsumen.
Budiman menyebut langkah ini sebagai upaya memutus “mata rantai kemiskinan” yang selama ini justru mengurung para petani produktif.
“Komposisi pekerja kita paling banyak di sektor pertanian. Tapi justru sektor inilah yang paling banyak melahirkan kemiskinan. Petani makin rajin, makin produktif, tapi bisa makin miskin. Karena semua memanen di waktu yang sama, membanjiri pasar, akhirnya harga jatuh,” ujar Budiman.
Menurutnya, akar persoalan terletak pada kurangnya keterhubungan antar pelaku rantai pasok.
“Petani tidak nyambung dengan penggilingan padi, penggilingan tidak nyambung dengan gudang, dan konsumen pun jalan sendiri,” tambahnya.
Melalui KMP Taskin, BP Taskin mencoba membangun sistem digitalisasi pertanian yang menyatukan seluruh rantai pasok dalam satu ekosistem ekonomi terpadu. Tujuannya sederhana: agar nilai tambah pertanian tetap berputar di antara para pelaku lokal.
“Dengan KMP Taskin, uangnya tidak keluar dari lingkaran pelaku. Uang hanya berpindah dari dompet kanan ke dompet kiri,” kata Budiman.
“Artinya, nilai tambahnya tetap dinikmati oleh petani dan masyarakat kecil,” lanjutnya.
Untuk mengatur produksi, BP Taskin mengandalkan dua aplikasi utama: Tandur.id, yang berfungsi mengatur jadwal tanam dan panen, serta Asupan.id, yang menghitung hasil dan pembagian keuntungan berdasarkan produktivitas yang tercatat secara digital.
Dengan sistem ini, setiap petani dapat melihat performa dan hasil kerja mereka secara transparan. Data produktivitas akan menjadi dasar pembagian keuntungan yang adil dan efisien.
“Teknologi memastikan efisiensi dan keadilan ekonomi,” tegas Budiman.
Kabupaten Cirebon dipilih sebagai proyek percontohan nasional dengan melibatkan lebih dari 500 petani miskin yang menggarap 26 hektare lahan di Kecamatan Sumber. Sebelum akhir tahun 2025, BP Taskin menargetkan perluasan hingga 7.000 hektare lahan di Jawa Barat.
“Cirebon dipilih karena komitmen kuat kepala daerahnya dan jumlah keluarga miskin yang masih tinggi. Ada lebih dari 570 keluarga petani miskin di sini,” jelas Budiman.
Tak berhenti di Cirebon, program ini juga akan diperluas ke Indramayu, Kuningan, Brebes, dan Kota Cirebon, yang sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan BP Taskin. Seluruhnya diarahkan untuk membangun aglomerasi pertanian digital yang mampu mempercepat pengentasan kemiskinan di tingkat desa.
Budiman menegaskan, konsep ini tidak hanya akan berhenti pada sektor pertanian.
“Pertanian ini hanya contoh awal. Ke depan, semua sektor bisa kita konsolidasikan dengan prinsip yang sama — produktif, adil, dan berdaya,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Cirebon Imron menyambut positif peluncuran program tersebut. Ia menyebut metode “tanam sekali, panen empat kali” sebagai harapan baru bagi petani di wilayahnya.
“Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak Budiman. Program ini memberi semangat baru bagi petani kami,” kata Imron.
“Namun kami juga berharap, pembinaan terus dilakukan karena metode ini baru. Petani masih butuh pendampingan supaya tidak bingung,” tambahnya.
Imron juga menyoroti kondisi kemiskinan yang masih tinggi di beberapa wilayah pedesaan di Cirebon. Melalui kolaborasi ini, ia berharap kesejahteraan petani dapat meningkat secara nyata.
“Kami sudah menandatangani MOU dengan BP Taskin. Intinya kami siap mendukung penuh agar petani bisa lebih maju dan keluar dari jerat kemiskinan,” tegasnya.
Dengan semangat kolaboratif dan dukungan teknologi, program “Tanam Sekali, Panen Empat Kali” diharapkan bukan sekadar proyek pertanian, melainkan langkah awal menuju transformasi ekonomi pedesaan yang lebih mandiri, produktif, dan berkeadilan.***(Arum).











