Blog

Melalui Revitalisasi Taman Kota : Daop 3 Cirebon Dukung Ruang Publik Kolaborasi Budaya, Lingkungan dan Harmoni

×

Melalui Revitalisasi Taman Kota : Daop 3 Cirebon Dukung Ruang Publik Kolaborasi Budaya, Lingkungan dan Harmoni

Sebarkan artikel ini

Cirebon – Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), KAI Daop 3 Cirebon berkomitmen memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dalam bentuk revitalisasi Taman Kota Cirebon yang terletak di Jalan Siliwangi, tepatnya  di depan Kantor Gubernur Bale Jaya Dewata.

Revitalisasi untuk menciptakan ruang publik yang tidak hanya fungsional bagi publik, tetapi juga mengangkat kearifan lokal dengan filosofi budaya Cirebon sebagai daya tarik wisatawan ke Kota Cirebon.

Manager Humas Daop 3 Cirebon, Muhibbuddin mengatakan perbaikan taman kota Cirebon selain merupakan sinergitas KAI Daop 3 Cirebon dengan Pemerintah Kota Cirebon juga mendukung pelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan.  “Bukan sekedar ruang terbuka yang hijau, taman ini juga sebagai simbol identitas dan kebanggaan warga Cirebon,” kata Muhib.

Tugu ikonik yang berdiri di Taman Kota Cirebon memiliki makna filosofis tersendiri, yaitu :

1. Stilasi Udang dan Kapal

Simbol Cirebon sebagai Kota Udang dan budaya maritim/pesisir. Lengkungan melambangkan tubuh Udang, sementara garis-garisnya menyerupai kaki Udang yang menjadi simbol ikatan dan kebersamaan masyarakat. Dengan gaya dinamis, tugu ini mencerminkan semangat Cirebon yang terus bergerak maju.

2. Dua Struktur yang saling berhadapan Menjadi simbol keseimbangan dan keharmonisan, dua nilai utama dalam kehidupan sosial masyarakat Cirebon.

3. Dasar Lengkung dengan motif bata Melambangkan pergerakan yang fleksibel, adaptif terhadap perkembangan zaman namun tetap berpijak kuat pada akar budaya dan sejarah kota.

Bukan hanya tugu taman yang memiliki filosofi, desain dari taman sendiri juga memiliki filosofi tersendiri yang mengangkat aspek orientasi dan budaya spiritual :

1. Sumbu Utara–Selatan

Mengacu pada garis imajiner antara Keraton Cirebon dan Astana Gunung Jati, menghubungkan unsur pemerintahan dan spiritualitas sebagai dasar keseimbangan kota.

2. Plaza Runcing Seperti Tombak

Mengandung makna arah dan tujuan yang jelas, simbol semangat masyarakat Cirebon untuk terus melangkah maju.

Muhib  berharap revitalisasi dari taman kota ini bukan hanya sekedar proyek estetika, melainkan juga menjadi ruang publik yang nyaman, inklusif, serta mampu mendorong interaksi sosial, yang memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan harapan bagi Kota  Cirebon sendiri.

“KAI tidak hanya hadir untuk menghubungkan kota-kota melalui jalur rel, tetapi juga berupaya menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Melalui program TJSL ini, kami ingin memberikan kontribusi yang berkelanjutan dan berdampak langsung pada Kota Cirebon,” ujar Muhib.

“Kami memahami bahwa taman kota bukan hanya tempat bersantai, tetapi juga ruang sosial dan budaya. Taman ini kami hadirkan dengan konsep yang menyatukan unsur sejarah, spiritualitas, dan dinamika masyarakat Cirebon yang sangat khas,” lanjutnya.

“Kami percaya, kehadiran KAI tidak bisa dilepaskan dari komunitas tempat kami berada. Maka dari itu, setiap bantuan yang kami salurkan melalui program TJSL selalu mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan lingkungan. Dan Cirebon, sebagai kota yang penuh sejarah, sangat layak mendapatkan ruang publik yang merepresentasikan kekayaan identitasnya,” pungkas Muhib.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *